====SELAMAT DATANG====

Senin, 05 Maret 2018

Posted by melawan rindu |
Tak terasa kurang lebih tiga tahun lamanya aku berada di bangku SMA. Berbagai kisah telah aku rangkai bersama kawan-kawanku. Waktu begitu cepat. Dengan terpaksa aku harus mengakhiri kisah ini. Hidupku sehari-hari tak akan lagi berkostum putih abu-abu.
Setelah SMA orang pasti berkeinginan sama untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Ketika aku ditanya, mau kuliah dimana nanti? jurusan apa? Aku serasa belum punya jawaban yang mantap saat itu. Aku ini dari kalangan anak IPA. Tentu saja aku tak mau menyia-nyiakan waktu 2 tahun untuk belajar mendetail soal IPA.

https://djokeren.files.wordpress
.com/2014/02/anak-sma-edit.jpg
Berbagai usaha masuk perguruan favorit aku jalani. UNDIP, UNNES dan UGM sasaran utamaku, namun tidak ada anak panah yang mengenai salah satu universitas tersebut. Kemudian aku beralih hati ke STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Statistik). Mulanya ada kabar baik saat aku lolos tes tulis di STIS. Aku bahagia mendengarnya, kuceritakan kepada bapak ibuku, mereka ikut bahagia. Terus kupanjatkan doa kepada sang ilahi, supaya kabar ini bisa berlanjut sampai pengumuman akhir bahwa aku diterima untuk kuliah di STIS. Hari-hari kujalani seperti biasa, ya namanya masa pengangguran, tak tau masa depan mau diapakan, hanya bisa berpasrah dan berusaha agar bisa menyambung hidup kedepan.

Berlanjut ke cerita seleksi di STIS. Setelah lolos tes tulis aku harus melanjutkan tes psikologi, tes yang paling aku tidak suka saat itu ketika harus gambar menggambar hal-hal yang menurutku penuh dengan misteri. Hal yang kuingat saat disuruh menggambar orang, coba tebak apa yang aku gambar? Seorang pengawas yang ada di ruangan tes, ya ampun. Saking gak ada ide karena fokusku sudah terpecahkan oleh tes sebelumnya yang membuatku sudah pusing. Anehnya yang aku gambar seorang wanita separuh baya. Setelah aku baca tips trik lolos psikotes, aku senyum-senyum sendiri hehee karena gambarku termasuk buruk. Seharusnya seorang harus menggambar orang dengan jenis kelamin yang sama. Entah apa alasannya aku lupa. Akhirnya tes psikologi sudah selesai, saatnya menunggu lagi hari untuk dijadikan sejarah.

Hari yang dinanti pun tiba, kubuka komputer karena diumumkan online saat itu. List daftar nama yang lolos sudah kudapatkan. Satu per satu kutelurusi, apa yang terjadi terjadilah... Rasa penasaran yang ada di wajahku berubah menjadi kesedihan. Namaku tidak tertulis disana, mungkin ini pertanda bahwa masa depanku tidak jelas mau jadi apa nanti saat dewasa. huhuhu

Pernah juga aku mendaftar seleksi di sekolah Pertamina, namun akhirnya harus menepi karena tidak lolos dari tes wawancara. Yang kuingat saat tes wawancara, bukannya aku memakai seragam putih hitam namun yang kupakai adalah baju batik bola Juventus warna coklat. Lain daripada yang lain, memang aku orangnya suka nyeleneh, berani beda katanya hehe. Giliranku memasuki ruang interview. Di ruangan itu aku sudah disambut tiga (3) orang reporter yang siap "ngepoin" diriku. Aku dilempar berbagai pertanyaan, "Suka Juventus ya?" Duh rasanya malu, dia melihat bajuku yang tak wajar itu. kujawab "iya pak hehe" (sambil senyam senyum).

Aku merasa minder ditengah-tengah wawancara berlangsung. Memang saat itu aku belum terlatih menghadapi wawancara. Aku jawab dan cerita seadanya. Mereka banyak menggali masa laluku, saat di SD, SMP, SMA.

https://www.insidehighered.com/
sites/default/server_files/styles/
large/public/media/dennihy%20
interviews.jpg?itok=Ab1H_YAD
Aku ceritakan semua prestasi-prestasiku yang membuat mereka kagum. Namun aku malah menciut setelah mereka menceritakan Pertamina itu seperti apa. Yang ada dipikiranku saat itu pokoknya kerja berat lah, pertama menerima pendidikan dulu 3 bulan, baru setelah itu dilepas di area kerja yang jauh dari keluarga, kerja shift dan lain sebagainya yang membuatku langsung down membayangkan apa yang belum pernah kubayangkan sebelumnya. Mungkin mereka sudah bisa membaca pikiranku dari mimik wajahku. Namun aku tetap terus akan melangkah jika lolos tes ini. Tetapi sebenarnya batinku tidak menyetujuinya.

Hari itu juga langsung diumumkan siapa pemenangnya, dan lagi-lagi namaku tidak disebut. Dua temanku yang menemaniku semuanya lolos dan lanjut ke seleksi fisik dan kesehatan di hari yang lain. Aku tidak terlalu kecewa namun di hari itu aku menyadari masa depanku semakin tidak jelas hahaa.

.
.
.
.